Koneksi Antar Materi Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional |
Koneksi Antar Materi Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional
Mulyono - Menurut KHD, mendidik
dan mengajar adalah proses memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan
manusia dan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental , jasmani dan
rohani.
Pemikiran KHD tersebut
mengingatkan kita sebagai seorang Guru yang harus mimiliki peran sebagai
pemimpin pembelajaran. Peran tersebut juga berkaitan dalam mewujudkan Kesejahteraan
siswa (student well-being) terkait dengan keadaan emosional yang berkelanjutan
yang ditandai dengan suasana hati dan sikap positif, hubungan positif dengan
siswa dan guru lain, ketahanan, optimisasi diri, dan tingkat kepuasan yang
tinggi dengan pengalaman belajar mereka di sekolah. Tentu untuk mewujudkan haltersebut perlu
adanya sebuah kesadaran akan proses pendidikan yang dapat menuntun tumbuh
kembang murid secara holistik sudah menjadi perhatian pendidik sejak lama.
Kesadaran ini berawal dari teori Kecerdasan Emosi Daniel Goleman,
dikembangkanlah CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional
Learning) pada tahun 1995.
Pengertian Pembelajaran Sosial
dan Emosional (PSE)
Pembelajaran Sosial dan Emosional
(PSE) adalah Pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh
komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan pendidik dan
tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.
Tujuan Pembelajaran Sosial dan
Emosional (PSE)
Tentu tujuan utama dalam pembelajaran
Sosial dan Emosional adalah untuk mewujudkan 5 Kompetensi Sosial Emosional
(KSE) pada diri anak. Adapun kelima kompetensi tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Kesadaran Diri: kemampuan untuk memahami
perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada
perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan.
2.
Manajemen Diri: kemampuan untuk mengelola emosi,
pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk
mencapai tujuan dan aspirasi
3.
Kesadaran Sosial: kemampuan untuk memahami sudut
pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari
latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda.
4.
Keterampilan Berelasi: kemampuan untuk membangun
dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan suportif.
5.
Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab:
kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas
kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa
aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam
tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri,
masyarakat, dan kelompok.
Well-Being
Seperti yang telah penulis
sampaikan diatas, secara mendetai arti dari Well-being adalah kondisi nyaman,
sehat, dan bahagia. Kondisi individu yang memiliki sikap yang positif terhadap
diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah
lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan
mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup
mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.
Implementasi Pendidikan Sosial
dan Emosional
Adapun pada prakteknya
Implementasi Pendidikan Sosial dan Emosional dapat diintegrasikan dalam:
1.
Dalam pembelajaran dikelas
Tentu perlu memasukkan unsur kompetensi Sosial dan
Emosional dalam tahapan pembelajaran, yang prakteknya boleh Sebagian ataupun
ke-5 KSE masuk dalam satu pembelajaran yang bisa mulai disusun dalam sebuah
modul ajar ber-KSE
2.
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasial (P5)
Selain dalam pembelajaran di kelas tentu KSE juga
dapat disisipkan dalam setiap kegiatan P5
3.
Program Pembiasaan di Sekolah
Program pembiasaan yang Ber-KSE tentu juga wajib
dilaksanakan untuk menumbuhkan sikap dan karakter anak yang nantinya memiliki
kesadaran Sosial dan Emosional.
4.
Budaya Sekolah
Dari program sekolah yang dibentuk dalam sebuah pembiasaan
tentu akan menjdi budaya positif yang ber-KSE di sebuah sekolah yang tentu
endingnya malah akan bisa menjadi Brand Sekolah, tentu tidak lepas dari nilai-nilai
yang ada dalam 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila.
Kesadaran Diri (Mindfulnes)
PSE berbasis kesadaran penuh
(mindfulness) dapat memberikan perhatian secara berkualitas yang didasarkan
keterbukaan pikiran, rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan hati
(compassion) yang akan membantu seseorang dalam menghadapi situasi-situasi menantang
dan sulit. Kesadaran diri memberikan penghargaan terhadap perbedaan, pemahaman
diri dan orang lain, kemampuan menghadapi tantangan dan perspektif yang
berbeda-beda dari orang lain (resiliensi)
Teknik STOP
Untuk mewujudkan hal tersebut,
dalam modul ini juga diajarkan Teknik
STOP, adapun PSE dengan STOP (Stop, Take a deep breath, Observe, dan Proceed)
artinya S-Berhenti, T-ambil nafas dalam, O-amati sensasi pada tubuh, perasaan,
pikiran dan lingkungan, P- selesai dan lanjutkan. STOP sebagai teknik
pembelajaran yang bermanfaat dalam membangun kesadaran penuh (mindfulness),
meredakan ketegangan, mengembalikan dan membangun fokus murid.
Selain menggunakan Teknik STOP
seperti tersebut sebenarnya kita juga bisa menggunakan beberapa Teknik Ice
Breaking untuk menumbuhkan kesadaran penuh Kembali pada diri anak saat kesadaran
penuh mereka mulai memudar. Baik Teknik STOP maupun ice Breaking ini tidak
musti disetiap pembelajaran akan tetapi hanya saat dibutuhkan untuk memulihkan
kesadaran penuh pada diri anak.
Keterkaitan Antar Materi
Adapun keterkaitan antar materi
dari modul awal 1.1 hingga 2.2 yang penulis telah pelajarai adalah sebagai
berikut:
Modul 1.2 Pembelajaran Sosial
Emosional dengan Filosofi Pendidikan KHD
Menurut KHD, mendidik dan
mengajar adalah proses memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan
manusia dan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental , jasmani dan
rohani.
Pemikiran KHD tersebut
mengingatkan kita sebagai seorang Guru yang harus mimiliki peran sebagai
pemimpin pembelajaran.
Modul 1.2 Pembelajaran Sosial
Emosional dengan Nilai dan Peran Guru Penggerak
Guru yang harus mimiliki peran
sebagai pemimpin pembelajaran. Peran tersebut juga berkaitan dalam mewujudkan
Kesejahteraan siswa (student well-being) terkait dengan keadaan emosional yang
berkelanjutan yang ditandai dengan suasana hati dan sikap positif, hubungan
positif dengan siswa dan guru lain, ketahanan, optimisasi diri, dan tingkat
kepuasan yang tinggi dengan pengalaman belajar mereka di sekolah. Tentu untuk mewujudkan haltersebut perlu
adanya sebuah kesadaran akan proses pendidikan yang dapat menuntun tumbuh
kembang murid secara holistik sudah menjadi perhatian pendidik sejak lama.
Kesadaran ini berawal dari teori Kecerdasan Emosi Daniel Goleman,
dikembangkanlah CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional
Learning) pada tahun 1995.
Selain hal tersebut nilai guru
pengerak juga harus selalu berkepihakan kepada murid, tentu hal tersebut
sangatlah selaras dengan penumbuh Kembangan Kompetensi Sosial Emosional yang
secara keseluruhan sangat berpihak pada kebutuhan tumbuh kembang peserta didik
baik secara Sosial dan Emosional sesuai tingkatan tumbuh kembang peserta didik
di setiap jenjangnya.
Modul 1.3 Pembelajaran Sosial
Emosional dengan Visi Guru Penggerak
Sesuai Visi Guru penggerak yang
saya buat Learn, Do, Share! Pembelajaran Sosial Emosional ini merupakan
ilmu baru yang saya pelajari dan perlu saya praktekkan dan saya sebarluaskan ke
temen sejawat untuk juga menerapkan pembelajaran ber-KSE serta penerapan
pembiasaan sekolah yan ber-KSE tentu semua harus diselaraskan dengan
keberpihakan pada murid dan harus memperkuat 6 dimensi dari Profil Pelajar
Pancasila.
Modul 1.4 Pembelajaran Sosial
Emosional dengan Budaya Positif
Salah satu implementasi budaya
positif di Sekolah adalah implementasi Pembelajaran Sosial Emosional. Sebelum mempraktekkan
restitusi pada pesertadidikpun Teknik STOP ataupun Langkah penerapan KSE ini
besa dilakukan kea nak.
Modul 2.1 Pembelajaran Sosial
Emosional dengan Pembelajaran Berdiferensiasi
Dalam pembelajaran
berdiferensiasi tentu unsur-unsur PSE wajib dilakukan kususnya Teknik Maindfulnes
serta pengintegrasian KSE dalam pembelajaran baik di konten, proses maupun produk
anak layaknya juga harus ber-KSE.
Sebelum mempelajari modul 2.2,
penulis berpikir bahwa Pendidikan Sosial Dan Emosional hanya dilakukan untuk
pembelajaran Bimbingan Konseling (BK.
Setelah mempelajari modul ini,
ternyata penulis menyadari bahwa pembelajaran sosial emosional juga penting
untuk diterapkan oleh seluruh guru bahkan dalam pelaksanaan program dan
pembiasaan di sekolah karena mengabaikan pengembangan ketrampilan sosial dan
emosional akan membawa dampak buruk secara akademik dan murid yang berkembang
secara sosial dan emosional bersamaan dengan berkembangnya secara akademik.
Adapun 3 hal mendasar yang
penulis pelajari dalam modul 2.2 ini secara keseluruhan adalah 5 kompetensi
Sosial Emosional (KSE), praktek menumbuhkan maindfulness pada diri anak, dan
penerapan KSE dalam pembelajaramn maupun program dan budaya sekolah.
Berkaitan dengan tiga hal
mendasar di atas, perubahan yang penulis terapkan adalah sebagai berikut:
1.
Membuat modul ajar/RPP ber-KSE
2.
Mempraktekan pembelajaran ber-KSE
3.
Mendiseminasikan Pendidikan Sosial Emosional ke
rekan Sejawat
4.
Mempraktekkan Teknik STOP dalam pembelajaran
Demikian kiranya pemahaman materi
dan koneksi antar materi yang bisa penulis sampaikan tentu apapun ilmu yang
telah kita pelajari wajib kita praktekkan dan kita bagikan ke orang lain. Learn,
Do, Share!